Kita adalah manusia-manusia kecil yang berangan dan bermimpi besar. Kita adalah individu yang pada masanya dulu berproses dan menjalani rutinitas bersama selama bertahun-tahun. Kita yang akhirnya mengakukan diri sebagai sahabat. Sahabat masa kecil.
Kita selalu bersama dalam segala situasi dan kondisi. Selalu. Tak pernah sekalipun berpisah, kecuali jika sedang dilanda perang. Saat itu kita akan saling buang muka dan saling diam ketika bertemu. Sejak dulu, sejak kita masih belajar, aku tahu bahwa untuk urusan yang satu itu kamu memang selalu lebih unggul. Selalu.
Beberapa kali menjadi mak comblangmu, beberapa kali mendapati kegilaanmu untuk urusan yang satu itu. Sementara aku? Aku hanya bisa menyunggingkan senyum ketika bertemu kakak kelas yang kusukai dijaman itu. Tersenyum dan tersenyum ketika memandang dirinya dari jauh. Argh...rasa geli ketika mengingat dulu. Nampaknya masa itu benar-benar membahagiakan. Sampai sekarang terbungkus rapi.
Hei, aku rindu sekali kembali ke masa itu. Barang perkara kecil kita bisa saling diam beberapa hari. Masih ingat ketika kita saling diam karena tugas sekolah itu? Yap...sebulan kita saling diam, saling buang muka, sampai akhirnya guru BK memanggil kita. Lucu...
Tak terasa sudah enam tahun kita terpisah oleh jarak. Jarak yang membuat kita harus meninggalkan gerbang sekolah itu dan membuat rencana untuk masa depan. Saat itu, tak ada kesedihan. Kita sama-sama berambisi untuk sukses. Sampai kita lupa bahwa ambisi itu menggerus idealisme dan persahabatan kita. Ketika akhirnya kamu menyatukan diri dengan orang yang kukenal, orang yang sempat dekat denganku, yang aku jelas tahu bahwa dia tak baik. Tapi toh hidup terus berjalan dan berproses, hingga akhirnya waktu mengungkap sendiri kebenarannya.
Bahagia adalah ketika aku bisa kembali bertegur sapa denganmu. Ketika kita bicara bukan untuk saling melebihkan namun saling melengkapi dan berbagi pengalaman. Untuk yang satu itu, terimakasih sudah mau membaginya untukku. Ini berharga. Sungguh.
"Jangan pernah mengira-ngira dalamnya perasaan seseorang, kalau memang mau mengubah maka ubahlah dulu dirimu sendiri."
Aku sontak gila. Mungkin ini saat aku belajar untuk ikhlas?? Atau ini saat aku untuk belajar memaafkan?
Aku tidak tahu akan bertahan seberapa lama, semakin jauh semakin jauh dan semakin jauh. Semakin lama semakin keras dan terasa semakin sulit. Pada akhirnya jika harus benar-benar pulang, maka mungkin saja akan ada pelita lain diujung penantian bukan?
Hanya bisa mengusahakan. Hanya bisa terus belajar. Aku hanya bisa melakukan itu. Jika Tuhan menggariskan untuk menyudahinya, maka akan kusudahi.
Terimakasih sahabatku,
Aku tak akan pernah bisa menyamai berat dan kerasnya hidupmu. Tapi aku tahu bahwa Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.
Tetap semangat... Harus semangat, harus kuat, yakin bisa!!
Peluk hangat dariku disini untukmu.. :)
Minggu, 16 November 2014
Jumat, 14 November 2014
Hai, Kain Kanvas yang Mulai Usang
Kau adalah sepenggal nada disisa imajiku..
Kau menggoreskan segurat cela dikanvas milikku..
Setitik noda hitam pekat yang merubah semua..
Seonggok cerita masa lalu yang lekas sirna..
Beginikah hidup?
Saat hati mulai merasa nyaman, saat itu dia pulang?
Sungguh tak adil
Dia biarkan aku kembali merana tersesat
Kau lukiskan birunya laut
Kau semaikan anggunnya langit berbintang
Tapi mengapa hanya sekejap ku rengguk manisnya?
Kini hanya tersisa ngilu
Kini hanya tersisa rindu
Sungguh malang
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
-setelah lama, muncul kembali ke permukaan-
Kau menggoreskan segurat cela dikanvas milikku..
Setitik noda hitam pekat yang merubah semua..
Seonggok cerita masa lalu yang lekas sirna..
Beginikah hidup?
Saat hati mulai merasa nyaman, saat itu dia pulang?
Sungguh tak adil
Dia biarkan aku kembali merana tersesat
Kau lukiskan birunya laut
Kau semaikan anggunnya langit berbintang
Tapi mengapa hanya sekejap ku rengguk manisnya?
Kini hanya tersisa ngilu
Kini hanya tersisa rindu
Sungguh malang
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
-setelah lama, muncul kembali ke permukaan-
Rabu, 10 Juli 2013
Catatan 96 Jam
Sebuah kisah dari perjalananku
melepas penat, “96 jam...”
Hari
pertama...
Dimulai ketika pada siang
itu kami berkumpul di Pastoran Paroki X. Hampir sekitar 2 jam aku menunggu ga
jelas, namun kejenuhan itu tak begitu berarti karena justru dapat kenalan baru
berwajah lama. Kami sharing masa pendidikan di SMA, seru juga.. Hehhe..
Singkatnya, setelah waktu yang panjang, akhirnya perjalanan dimulai. Tak
disangka tak diduga, kami naik truk bak pasir yang...demi apapun berasa jadi
iwak peyek, padet banget!! Hehm.... Hampir dua jam kami berdiri di truk itu,
tapi aku sangat menikmati perjalanan, sejuknya udara disepanjang perjalanan
begitu menusuk kalbu, maklum di kota cuma asap mengepul yang sering aku
jumpai... Kesan pertama canggung, segelintir orang saja yang wajahnya tak asing
bagiku, sisanya? Hem.....
Setelah bercengir ria
didalam bak truk selama perjalanan dan ketika turun dari truk, kaki berasa
kayak lagi kena parkinson, bew...
Gemeteran pemirsa. Hadew... Sampai dilokasi, tenda sudah berdiri, yah ga tahu
ternyata ada tangan – tangan malaikat yang sudah berbaik hati mendirikan tenda
bagi kami para peserta. Hehm, ini nih awal perang dinginnya. Mungkin kami
dibilang sok – sokan, mungkin dibilang ga mau membaur, entah lah, yang jelas
awal yang buruk menjadi alur cerita yang buruk pula selama 4 hari kemudian.
Pembukaan dimulai, dan
yah. Aku sukses dibuat galau karena disore bolong ketika matahari masih terik
dan ketika ga ada hujan ataupun mendung, ada PELANGI.. Lagi dan lagi, aku
galau. Bukan cuma sekali, tapi 3 kali. Pertanda apa coba? Ga mikir tanda tanda
sih waktu itu, cuma yah sedih juga, Pelangi dalam arti nyata nongol tuh sampai
3 kali, eh Pelangi yang satu lagi entah dimana. Ngenes banget kan....
Dan semakin larut,
dinginnnya suasana semakin berasa. Hati dingin, wajah dingin, manusianya pun
juga berasa dingin.. Dan semakin merasa asing.. Salah siapa coba? Salahku
pastinya, harusnya aku menurunkan harga yang tidak seberapa ini, harusnya lebih
pandai membawa diri sehingga ga jadi dingin, iya tho??
Acara berakhir dan kesan
kedua tetap saja, biasa!! Bagaimana ga biasa, ragaku disana tapi jiwa dan
hatiku melayang jauh kesana... Hahha...
Malam pertama sukses
membuatku insomnia, benar benar insomnia. Ga bisa tidur sama sekali, baru bisa
merem sekitar 2 jam, eh ayam jantan versi kepala hitam udah berkokok aja.
Pengin teriak, “Woi, bisa diem ga??” Tapi yah, aku cuma orang baru, baru nongol
lebih tepatnya, jaga mulut jadinya. Wakaka...
Hari
Kedua....
Semua biasa saja, paginya
yah gitu gitu aja, mandi dan ritual biasa lainnya. Kemudian kami piket. Hehm..
Ga menyangka kalau harus berdingin ria sampai hari kedua. Sumpah!! Paling ga
suka perang dingin, mending lempar lemparan batu es dah, daripada perang
dingin. Dan yah, ternyata hari kedua itu ada cerita, cerita yang seumur hidupku
baru kali itulah aku berada pada ambang batas antara percaya dan tidak percaya.
Sesuatu yang lain, yang tidak nampak namun menjadi nyata. Dan siang itu menjadi
awal dari kegalauan dan keamburadulan acara.
Malamnya aku sukses tidur
nyenyak tapi, sampai ga tahu jam berapa tiba tiba udah siang bolong aja. Bodoh
amat ah, aku capek. Yah, meskipun orang bakal bilang kalau ga solid banget,
memanfaatkan kondisi lemah kawan untuk mendapatkan kenikmatan, tapi ya aku
masih manusia biasa lho... :D (*nyengir)
Hari
Ketiga........ (Malam terakhir, malam paling..............)
Keadaan sedikit membaik,
meskipun sukses banget bikin aku nambah ga nyaman sama situasi yang ada. Berasa
bersalah banget, bangun udah telat, eh pas balik ke lokasi, kayak digusur
pemirsa, mirip banget dah, semua isi barang yang ada ditenda acakadut ga keruan
diluar tenda, dan ngenesnya itu tenda tenda lain cuma nonton pemirsa, tontonan
gratis..tis....tiss......
Parahnya, perang dingin
semakin menjadi gila. Dan yah, bisa apa aku, cuma bisa nikmati alur yang ada,
walau hati kecil ga pengin juga mendinginkan kawan sendiri. Tapi, semua
berargumen dengan egonya masing-masing, ya sudah aku cuma bisa diem tok
pemirsa..
Situasinya justru tidak
membaik ternyata, malah semakin runyam pemirsa. Puncaknya itu pada malam
terakhir, alih-alih bisa nikmati ‘api unggun’ super romantis, eh..malah
situasinya bener-bener darurat. Dan berakhir dengan konflik, konflik batin,
konflik fisik, semua berkonflik berdasarkan argumennya masing-masing. Dan ya,
aku masih ga percaya berakhir menjadi semakin kacau, masih terasa seperti
mimpi.
Dan singkat cerita, kami
hampir menjadi Pemenang.
Dari hampir 96 jam
perjalananku, aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Pertama dan mungkin terakhir
kali aku ikut kegiatan itu, tapi cerita yang aku dapat bener-bener luar biasa.
Awalnya aku cuma berharap ketemu “Pelangi”ku, tapi ternyata rancanganku
bukanlah rancangan-Mu. Tuhan menunjukkan sesuatu yang lebih berharga dari
sekedar bertemu dengannya. Mungkin aku belum atau mungkin tidak mungkin sama
sekali dapat bertemu kembali dengan “Pelangi”ku, tapi Tuhan memperlihatkan
Pelangi nyata dihadapanku, Pelangi yang benar-benar indah, yang sukses buat aku
galau dan berangan “Seandainya kamu ada disini, ini persis seperti yang pernah
kamu khayalkan dulu, bersama kita melihat Pelangi berdua. Hahha :D (*nyengir
lagi) ” Tapi ya, tidak demikian adanya, khayal itu sebatas khayal semata sampai
entah kapan waktunya. Nyatanya aku hanya seorang diri melihat Pelangi itu,
menahan getirnya sakit (*mewek...)
Hal lain yang aku dapat,
bahwa aku masih belum mampu, belum mampu menjadi pribadi yang Tuhan inginkan.
Masih perlu banyak belajar, kepekaan dan kepedulianku masih jauh dari kata
baik, nol bahkan. Masih harus terus belajar, “imanku masih belum”... Semoga 96
jam kemarin menjadi pengalaman sekaligus pelajaran berharga bagiku, untuk
banyak hal, khususnya untuk “nerimo” bahwa rancangan-Nya adalah indah adanya.
Semoga nantinya catatanku
lebih berharga, lebih menunjukkan tujuan hidupku..
Aku masih terus mencari,
mencari dan mencari akan diapakan hidupku, dan yah.... Aku masih sering
galau... :D
(Banyak hal dalam kejadian
96 jam kemarin yang belum mampu aku utarakan dan aku ilustrasikan dengan
gamblang, tapi ya...cukup menjadi sebuah cerita berharga yang tersimpan apik
dihati dan diotakku yang akan kuturun temurunkan dimasa tua nanti..) Benar sih nasihat terakhir
yang paling melekat dijidat kemarin, “Kegiatan ini bisa menjadi ajang kalian
saling mengenal, saling dekat dalam arti positif, tapi tidak menutup
kemungkinan jika justru membuat tali perselisihan dan permusuhan... Well, orang
muda, tentukan sendiri bagaimana baiknya hidup Anda!!! Hehhe... *sok2.an
Langganan:
Postingan (Atom)